Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. selalu menjadi momen istimewa untuk merenungkan teladan beliau. Tak hanya ritual, tetapi juga pengingat nilai spiritual yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kearifan Bugis yang sejalan adalah pepatah “Jama-Jamang Linomi”—“ini hanyalah pekerjaan dunia.” Pepatah sederhana ini menegaskan bahwa dunia hanya sarana, bukan tujuan akhir. Pekerjaan, karier, dan harta hanyalah ladang untuk menanam amal yang hasilnya dipetik di akhirat.
Nabi Muhammad saw. pun mengajarkan hal serupa: setiap pekerjaan yang jujur dan diniatkan baik adalah ibadah. Dunia harus digarap sungguh-sungguh, namun tidak boleh membuat kita lalai dari tujuan akhir.
Makna pepatah ini melahirkan sikap tawadu. Menyadari bahwa semua pencapaian bersifat sementara, kita belajar rendah hati, tidak sombong, dan senantiasa bersyukur. Kesombongan adalah musuh sejati, sementara integritas dan amanah, teladan Nabi dalam berdagang dan bekerja adalah kunci keberkahan.
Di tengah dunia modern yang menuntut kecepatan dan hasil instan, pesan “Jama-Jamang Linomi” mengingatkan untuk sabar, tekun, dan teliti. Setiap profesi, dari guru hingga petani, pedagang hingga pegawai, bisa menjadi ibadah jika dilandasi niat ikhlas dan kejujuran.
Maulid Nabi karenanya bukan sekadar perayaan, melainkan refleksi: apakah kerja kita sekadar mengejar materi, atau juga menebar manfaat? Apakah etos kerja kita selaras dengan nilai spiritual?
Akhirnya, pepatah Bugis dan ajaran Nabi berpadu sebagai panduan hidup: bekerja sungguh-sungguh, jujur, rendah hati, dan bermanfaat bagi sesama. Dengan begitu, hidup kita bukan hanya sibuk, tetapi juga bermakna dan penuh berkah.